Skip to main content

Review Singkat Film Palm Springs, Groundhoug Day on Meth



Bulan Juni kemarin Hulu mengunggah trailer untuk film Palm Springs yang akan dirilis pada platformnya pada Juli ini. Dari trailer sudah bisa dilihat jalan cerita nya, walaupun pikiran pertama yang terbesit adalah ‘Ah another Groundhog Day’ sudah banyak sekali film dengan tema infinite time loop seperti Happy Death Day dan Edge of Tomorrow. Walaupun konsep cerita time loop bukan sesuatu yang original tapi film ini terasa sangat fresh membawakan konsep ini dengan bahasanya sendiri. This is the story of how Jake Peralta met your mother.


Palm Springs bercerita tentang Nyles (Andy Samberg) dan Sarah (Cristin Milioti) yang bertemu dalam sebuah pernikahan di Palm Springs. Namun sesuatu yang aneh terjadi, saat mereka sedang bercumbu seseorang memanah bahu Nyles. Tanpa tau apa yang terjadi Sarah membuntuti Nyles yang merayap tak berdaya memasuki sebuah gua, tiba-tiba sebuah cahaya di dalam gue menarik Sarah dan ia kembali terbangun pada hari yang sama.

Setelah sadar akan apa yang terjadi Sarah mencari Nyles dan bertanya apa yang terjadi padanya, Nyles berusaha memberi tau Sarah bahwa tidak ad acara untuk keluar dari loop ini bahkan bunuh diri sekalipun. Akhirnya Sarah pasrah dan mulai menjalani tiap harinya dengan cara-cara konyol yang menyenangkan.


Mereka yang skeptis tentang pernikahan malah terjebak dengan orang yang sama untuk selamanya, bisa dikatakan seperti pernikahan itu sendiri. Film ini seperti mengingatkan bahwa dunia terlalu sepi untuk dinikmati sendiri, seperti yang Nyles bilang ‘Life should be shared’.


Karakter Nyles dan Sarah memiliki chemistry yang hebat berkat Andy dan Cristina, pasangan yang cocok untuk memerankan duo manusia konyol di film ini, mereka sangat ekspresif dan mendalami karakter yang masing-masing. Supporting cast seperti Meredith Hagner dan J.K Simmons juga turut menyumbangkan bumbu tersendiri pada jalan cerita.

Komedi yang tidak terlalu kasar ataupun dark, cukup bisa dinkimati oleh orang awam, juga pemilihan tone yang terang dan penuh warna sebagai pendukung genre komedi. Untuk bagian dramanya, dimasukan dengan sangat rapih diantara banter kedua karakter, menjauhkan dari kesan terlalu serius dan cheesy seperti kebanyakan film romance.


Overall ini adalah salah satu film segar untuk genre romcom dan sangat sayang untuk dilewatkan.

Comments

Popular posts from this blog

Review Singkat Film Friendzone, Perjuangan Keluar dari Zona ‘Teman’

Kerap sukses dengan genre romance-comedy¬ studio GDH kembali mengulang formula nya dalam film Friendzone. Film ini bercerita tentang laki-laki bernama Palm (Naphat Siangsomboon) yang jatuh cinta pada, Gink (Pimchanok Luevisadpaibul), sahabatnya sendiri. Setelah Gink mengatakan “Bukannya menjadi teman sudah cukup?” Palm harus rela melihat Gink bersama orang lain dan dengan sabar mendengar keluh kesah tentang pacar-pacarnya. Hingga suatu saat Gink mencurigai Ted, pacarnya saat itu, berselingkuh dan membuntutinya ke berbagai negara di asia, Gink pun meminta Palm untuk menemaninya menjalankan misi tersebut. Palm selalu menuruti permintaan aneh Gink dan berusaha untuk selalu ada saat Gink membutuhkannya. Akankah perjalanan ini menjadi titik balik hubungan mereka? Dengan komedi khas film Thailand, Friendzone menyuguhkan adegan-adegan konyol yang menggelitik perut. Komedi yang tidak berlebihan dan masih dapat dimengerti oleh penonton mancanegara. Disamping puas tertawa ...

Dylan Minnette, antara akting dan bermusik

Tidak banyak yang tahu bahwa Dylan Minnette, aktor dibalik Clay Jensen dalam serial drama Netflix ’13 Reasons Why’, memiliki bakat tersembunyi. Selain memiliki profesi sebagai aktor, Minnette tergabung dalam sebuah band rock bernama ‘Wallows’ yang ia bentuk bersama dua rekannya, Cole Preston dan Braeden LeMasters. Terlihat seperti one-time project untuk Minnette, ternyata grup musik ini sudah lama terbentuk sebelum nama Minnette diangkat oleh Netflix. Dilansir dari billboard.com, ia dan rekan band nya, LeMasters, bertemu saat berusia 9 tahun melalui akting dan mereka merasa cocok. Minnette dan LeMasters berbagi kecintaan terhadap musk rock klasik dan mulai menulis lagu diusia 11 tahun dengan mimpi membentuk sebuah band rock suatu hari nanti. Bersama dua rekannya, Minnette membentuk grup ini saat mengikuti sebuah program musik berjudul GigMasterz di California. Pada tahun 2017 mereka memilih nama ‘Wallows’ untuk memulai karir profesional di bidang musik. Setelah s...